Seseorang
dapat mengerti tentang-Ku menurut kedudukan-Ku yang sebenarnya, sebagai
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, hanya dengan cara bhakti. Apabila ia sudah
sadar akan Diri-Ku sepenuhnya melalui bhakti seperti itu, ia dapat masuk kerajaan
Tuhan Yang Maha Esa.
PENJELASAN:
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, tidak dapat
dimengerti oleh angan-angan pikiran atau orang yang bukan penyembah. Jika
seseorang ingin mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, ia harus melakukan
bhakti yang murni, di bawah bimbingan seorang penyembah yang murni. Jika tidak
demikian, maka kebenaran Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa akan selalu tetap tersembunyi.
Sebagaimana sudah dinyatakan dalam Bhagavad-gita
(7.25), naham prakasah sarvasya: Tuhan
tidak memperlihatkan dirinya kepada semua orang. Tidak ada orang yang dapat
mengerti tentang Tuhan hanya berdasarkan kesarjanaan dari perguruan atau
angan-angan pikiran. Hanya orang yang sungguh-sungguh tekun dan bhakti dapat
mengerti apa itu Tuhan. Gelar-gelar dari universitas tidak dapat menolong dalam
hal ini.
Orang yang sudah menguasai sepenuhnya ilmu
pengetahuan Tuhan memenuhi syarat untuk memasuki kerajaan rohani, tempat
tinggal Tuhan. Menjadi Brahman tidak
berarti bahwa seseorang kehilangan identitasnya. Ada bhakti, dan selama bhakti
masih ada, harus ada Tuhan, seorang penyembah, dan proses bhakti. Pengetahuan
seperti itu tidak pernah dimusnahkan, bahkan setelah seseorang mencapai
pembebasan sekalipun. Pembebasan menyangkut usaha mencari kebebasan dari paham kehidupan
material; dalam kehidupan rohani perbedaan yang sama tetap ada, individualitas
yang sama tetap ada, tetapi dalam kesadaran yang murni. Hendaknya orang tidak
berbuat kesalahan dengan berpikir bahwa kata visate, “masuk ke dalam DiriKu”, membenarkan teori monisme, yaitu teori bahwa seseorang
manunggal dengan Brahman yang tidak
berbentuk pribadi. Visate berarti
bahwa seseorang dapat memasuki tempat tinggal Tuhan Yang Maha Esa dalam individualitasnya
untuk menjadi tekun dalam hubungan dengan Beliau dan mengabdikan diri kepada
Beliau. Misalnya, burung berwarna hijau masuk ke dalam pohon berwarna hijau
bukan dengan tujuan menjadi satu dengan pohon itu, tetapi untuk menikmati buah
pada pohon itu. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan pada umumnya
mengemukakan contoh tentang sungai yang mengalir ke lautan lalu menunggal
dengan lautan itu. Mungkin hal ini menjadi sumber kebahagiaan bagi orang yang
tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, tetapi orang yang mengakui bentuk pribadi
Tuhan tetap memiliki individualitas pribadinya seperti ikan-ikan di dalam
lautan. Kita menemukan banyak makhluk hidup di dalam lautan, jika kita
menyelam. Hanya mengenal permukaan lautan saja tidak cukup. Orang harus
memiliki pengetahuan lengkap tentang ikan-ikan yang hidup di dalam lautan.
Oleh karena bhakti yang murni yang dilakukan seorang
penyembah, ia dapat mengerti sifat-sifat dan kehebatan rohani Tuhan Yang Maha
Esa dengan sebenarnya. Sebagaimana dinyatakan dalam Bab Sebelas, hanya dengan
bhakti saja seseorang dapat mengerti. Kenyataan yang sama dibenarkan di sini,
orang dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan bhakti dan memasuki
kerajaan Beliau. Setelah tercapainya tingkat kebebasan dari paham-paham
material yang disebut brahma-bhuta,
bhakti dimulai apabila seseorang mendengar tentang Tuhan. Apabila seseorang
mendengar tentang Tuhan Yang Maha Esa, maka dengan sendirinya tingkat brahma-bhuta berkembang, dan paham
material kelobaan dan nafsu terhadap kenikmatan indria-indria hilang. Begitu
nafsu dan keinginan hilang dari hati seorang penyembah, ia menjadi semakin
terikat terhadap bhakti kepada Tuhan, dan dengan ikatan seperti itu ia menjadi
bebas dari pengaruh material. Dalam keadaan hidup seperti itu, ia dapat
mengerti tentang Tuhan Yang Maha Esa. Pernyataan ini juga diberikan dalam Srimad-Bhagavatam. Sesudah pembebasan,
proses bhakti atau pengabdian rohani berlangsung terus. Kenyataan ini juga
dibenarkan oleh Vedanta-sutra
(4.1.12): a-prayanat tatrapi hi drstam.
Ini berarti bahwa sesudah pembebasan, proses bhakti berjalan terus. Dalam Srimad-Bhagavatam, pembebasan yang
sejati dalam bhakti didefinisikan sebagai berikut: Makhluk hidup diangkat
kembali di dalam identitasnya sendiri, yaitu kedudukan dasarnya sendiri.
Kedudukan dasar sudah dijelaskan: Setiap makhluk hidup adalah bagian percikan
dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat sama seperti Tuhan. Karena itu,
kedudukan dasar makhluk hidup ialah mengabdikan diri. Sesudah pembebasan, pengabdian
tersebut tidak pernah dihentikan. Pembebasan yang sejati berarti menjadi bebas
dari salah paham tentang kehidupan.