Orang dalam sifat kebaikan
menyembah para dewa; orang dalam sifat nafsu menyembah para raksasa atau orang
jahat; dan orang yang berada dalam sifat kebodohan menyembah hantu-hantu dan
roh-roh halus.
PENJELASAN:
Diuraikan
dengan jelas di sini bahwa orang yang berada dalam sifat nafsu menyembah dan
menciptakan dewa-dewa seperti itu, dan orang yang berada dalam sifat kebodohan,
dalam kegelapan, menyembah roh-roh orang yang sudah meninggal. Kadang-kadang
orang sembahyang di kuburan kepada orang yang sudah meninggal. Sembahyang kepada
hubungan suami istri juga dianggap dalam sifat kegelapan. Begitu pula di
desa-desa terpencil ada orang yang menyembah hantu. Kami pernah melihat bahwa ada
golongan masyarakat yang rendah kadang-kadang pergi ke hutan, dan kalau mereka
mengetahui bahwa ada hantu yang tinggal di sebatang pohon, mereka menyembah
pohon itu dan mempersembahkan korban-korban. Berbagai jenis sembahyang seperti
itu sebenarnya bukan sembahyang kepada Tuhan. Sembahyang kepada Tuhan adalah
untuk orang yang mantap secara rohani dalam sifat kebaikan murni. Dalam Srimad-Bhagavatam (4.3.23)
dikatakan, sattvam visuddham vasudeva-sabditam: “Bila seseorang
mantap dalam kebaikan yang murni, ia menyembah Vasudeva”. Penjelasan ayat ini ialah bahwa orang yang sudah
disucikan sepenuhnya dari sifat-sifat alam material dan mantap secara rohani
dapat menyembah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Orang
yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dianggap berada dalam sifat kebaikan,
dan mereka menyembah lima jenis dewa. Mereka menyembah bentuk Visnu yang tidak bersifat pribadi di
dunia material, yang dikenal sebagai Visnu
yang dijadikan filsafat. Visnu adalah
penjelmaan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, tetapi oleh karena pada hakekatnya
orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, tidak percaya pada Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa, mereka membayangkan bahwa bentuk Visnu adalah aspek lain lagi dari Brahman yang tidak bersifat pribadi. Dengan cara yang serupa mereka
membayangkan bahwa Dewa Brahma adalah bentuk yang tidak bersifat pribadi dalam
sifat nafsu material. Karena itu, kadang-kadang mereka menguraikan lima jenis
dewa yang patut disembah. Tetapi oleh karena mereka menganggap kebenaran sejati
adalah Brahman yang tidak bersifat
pribadi, akhirnya mereka membuang segala obyek yang patut disembah. Sebagai
kesimpulan, berbagai sifat alam material dapat disucikan melalui pergaulan
dengan pemilik sifat-sifat rohani.