Makanan yang dimasak lebih
dari tiga jam sebelum dimakan, makanan yang hambar, basi dan busuk, dan makanan
terdiri dari sisa makanan orang lain dan bahan-bahan haram disukai oleh orang
dalam sifat kegelapan.
PENJELASAN:
Tujuan
makan ialah untuk memperpanjang usia hidup, menyucikan pikiran dan membantu
kekuatan jasmani. Ini satu-satunya tujuannya. Pada masa lampau, penguasa-penguasa
besar memilih makanan yang paling baik untuk membantu kesehatan dan
memperpanjang usia hidup, seperti makanan terbuat dari susu, gula, beras,
gandum, buah-buahan dan sayur-sayuran. Makanan tersebut sangat disukai oleh
orang dalam sifat kebaikan. Beberapa makanan lain, misalnya jagung bakar dan
ceng (tetes tebu), meskipun tidak begitu enak kalau dimakan begitu saja, dapat
dijadikan enak bila dicampur dengan susu atau makanan lain. Dengan demikian
makanan seperti itu juga bersifat kebaikan. Segala makanan tersebut bersifat murni.
Makanan tersebut lain sekali dari makanan seperti daging dan minuman keras. Makanan
berlemak, sebagaimana disebut dalam ayat kedelapan, tidak ada hubungan dengan
lemak daging yang diperoleh dengan cara memotong hewan. Lemak dari hewan dapat
diperoleh dalam bentuk susu, makanan yang paling ajaib di antara segala jenis makanan.
Susu, mentega, keju dan bahan-bahan serupa memberi lemak hewani dalam bentuk
yang menghilangkan kebutuhan memotong makhluk-makhluk hidup yang tidak bersalah.
Hanya karena jiwa yang kejam saja pembunuhan seperti itu terus dilakukan. Cara
beradab untuk memperoleh lemak yang dibutuhkan ialah melalui susu. Pembunuhan
adalah cara untuk makhluk-makhluk di bawah taraf manusia. Protein secukupnya
dapat diperoleh dari kacang-kacangan, dal (sejenis bubur kacang), gandum, dan sebagainya.
Makanan
dalam sifat nafsu, yaitu makanan yang pahit, terlalu asin, terlalu panas atau
menggunakan cabe berlebihan, menyebabkan dukacita dengan mengurangi jumlah
lendir di dalam perut, yang mengakibatkan penyakit. Makanan dalam sifat
kebodohan atau kegelapan pada hakekatnya terdiri dari makanan yang tidak segar.
Makanan apa pun yang dimasak lebih dari tiga jam sebelum dimakan, (kecuali prasadam, makanan yang dipersembahkan kepada
Tuhan) adalah makanan dalam sifat kegelapan. Oleh karena makanan seperti itu
sudah membusuk, makanan itu mengeluarkan bau yang tidak sedap yang seringkali
menarik hati orang dalam sifat kebodohan, tetapi orang dalam sifat kebaikan
ingin menjauhi makanan seperti itu.
Sisa-sisa
makanan hanya boleh dimakan kalau makanan itu adalah sebagian dari makanan yang
telah dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atau dimakan terlebih dahulu
oleh orang suci, khususnya oleh guru kerohanian. Kalau tidak, sisa-sisa makanan
dianggap dalam sifat kegelapan, dan makanan seperti itu menyebabkan infeksi
atau penyakit. Makanan seperti itu, meskipun sedap sekali bagi orang dalam
sifat kegelapan, tidak disukai ataupun disentuh oleh orang dalam sifat
kebaikan. Makanan terbaik adalah sisa makanan yang dipersembahkan kepada Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa terlebih dahulu. Dalam Bhagavad-gita, Tuhan Yang Maha Esa menyatakan bahwa
Beliau menerima masakan terdiri dari sayur-sayuran, tepung dan susu bila
makanan itu dipersembahkan dengan cinta-bhakti. Patram puspam phalam toyam. Tentu saja, pengabdian dan cinta-bhakti adalah
unsur-unsur utama yang diterima oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi
juga disebut bahwa prasadam harus
dimasak dengan cara tertentu. Segala makanan yang disiapkan menurut aturan
Kitab Suci dan dipersembahkan kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dapat
diterima, meskipun sudah lama dimasak. Sebab masakan seperti itu bersifat
rohani. Karena itu agar makanan bebas dari kuman, layak untuk dimakan dan sedap
untuk semua orang, makanan sebaiknya dipersembahkan kepada Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa.